Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan setiap kader dilarang kampanye untuk perorangan, apalagi sampai keluar kota. Merespons hal itu, pengamat politik dari lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio menilai, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah mengutus anaknya Puan Maharani untuk berkomunikasi dengan partai lain. Karena itu, Hendri menganggap larangan tersebut bukan untuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Jadi menurut saya sih bukan urusan menjegal Ganjar sih tapi sedang dalam tahapan konsolidasi aja. PDIP katakan perlu konsolidasi matang dan kompak serta kuat untuk Puan Maharani kalau misalnya memang tentang pencapresannya," sambung Hendri. Berbeda dengan Hendri, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai larangan itu spesifik ke Ganjar. Sebab menurutnya, di PDIP hanya Ganjar dan Puan yang mempunyai keinginan maju dalam pilpres 2024.
"Ya kelihatannya larangan itu ya berlaku spesifik kepada Ganjar walaupun memang larangan tersebut untuk semua kader yah. Tapi kelihatannya di PDIP itu kan yang punya keinginan untuk mencapreskan diri itu kan ya Ganjar dengan Puan," kata Ujang. Kendati demikian, Ujang yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu menyebut jika PDIP konsisten membuat larangan serupa. Di mana, kata dia, pada 2020 silam partai besutan Megawati Soekarnoputri itu juga membuat surat larangan berbicara soal pencapresan bagi kepala daerah.
"Tetapi saya melihat PDIP Konsisten dari dulu yah, dari tahun 2020 lah kalau enggak salah, itu PDIP membuat surat kepada seluruh kadernya larangan untuk berbicara terkait dengan pencapresan," ujarnya. Sementara tahun ini, Ujang beranggapan bahwa larangan agar tak berkampanye perorangan dan keluar kota justru lebih spesifik lagi. "Nah ini saat ini aturan itu kelihatannya lebih dikhususkan, dispesifik lagi agar tidak berkampanye yang sifatnya perorangan juga keluar kota itu," ucapnya.
"Ya saya sih melihatnya ini arahnya kepada Ganjar karena hanya Ganjar yang punya keinginan untuk bisa menjadi capres atau cawapres lah kira kira seperti itu," sambung Ujang. Namun, Ujang meminta agar semua pihak menghormati keputusan internal PDIP soal larangan tersebut. Sebab, PDIP memiliki mekanisme tersendiri soal keputusan pencapresan 2024 mendatang.
"Bagaimanapun pihak luar tidak bisa cawe cawe atau ikut campur terkait dengan keputusan itu karena bagaimanapun PDIP pasti punya mekanisme, punya cara terkait dengan persoalan pencapresan. Nah arah kelihatan keputusan tersebut kelihatannya tertuju pada Ganjar. Saya melihatnya seperti itu," ungkap Ujang.