Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden setuju untuk memberikan sistem roket canggih kepada Ukraina. Roket canggih dengan presisi jarak jauh tersebut akan masuk dalam paket bantuan senjata senilai 700 juta dolar AS, yang akan diluncurkan pada Rabu. Dilansir , seorang pejabat senior mengatakan, AS bersedia mengirimkan sistem roket artileri mobilitas tinggi tersebut setelah Ukraina memberikan jaminan tidak akan menggunakannya untuk menyerang Rusia.
Senjata tersebut dapat secara akurat mencapai target sejauh 80 kilometer atau 50 mil. Dalam opini New York Times yang terbit pada Selasa (31/5/2022), Biden mengatakan invasi Ukraina dapat berakhir dengan diplomasi. Namun, Biden mengatakan AS harus menyediakan senjata dan amunisi untuk memberi Ukraina pengaruh tertinggi di meja perundingan.
"Itulah mengapa saya memutuskan bahwa kami akan memberi Ukraina sistem roket dan amunisi yang lebih canggih yang akan memungkinkan mereka untuk lebih tepat menyerang sasaran utama di medan perang di Ukraina," tulis Biden. Paket bantuan senjata juga termasuk amunisi, radar anti tembakan, sejumlah radar pengawasan udara, rudal anti tank Javelin tambahan, serta senjata anti armor, kata para pejabat. Menurut laporan , pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa AS akan memberi Ukraina Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS).
"Sistem ini akan digunakan oleh Ukraina untuk mengusir kemajuan Rusia di wilayah Ukraina, tetapi mereka tidak akan digunakan pada target di wilayah Rusia," kata pejabat itu kepada wartawan. M142 HIMARS adalah peluncur roket multiple ringan AS yang dipasang pada kerangka truk Medium Army Tactical Vehicle (MTV) standar. Senjata ini membawa enam roket atau satu rudal MGM 140 ATACMS di truk lima ton Family of Medium Tactical Vehicles (FMTV), dan dapat meluncurkan seluruh Multiple Launch Rocket System Family of Munitions (MFOM).
HIMARS mulai dikembangkan pada akhir 1990an untuk Angkatan Darat AS. Menurut catatan Wikipedia , HIMARS pernah digunakan selama perang Afghanistan, perang Suriah, dan di Irak pada 2014 2017. Gedung Putih memberitahu pers bahwa pihaknya akan memasok HIMARS ke Ukraina, dengan jaminan bahwa Ukraina tidak akan menyerang wilayah Rusia dengan sistem tersebut.
Sebelumnya, Ukraina meminta negara sekutu untuk memberikan sistem rudal jarak jauh yang dapat menembakkan roket dengan jangkauan ratusan mil. Harapannya, senjata ini dapat mengubah keadaan perang di Ukraina. Namun Biden pada Selasa mengatakan kepada pers bahwa AS tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang menyerang Rusia.
Biden ingin membantu Ukraina mempertahankan diri, tetapi menentang penyediaan senjata yang dapat digunakan Ukraina untuk menyerang Rusia. Sekutu Barat terus mempersenjatai Ukraina selama perang dengan Rusia. Salah satu yang dikirim yakni Howitzer M777, yang dinilai cukup sukses untuk melawan pasukan Putin.
Ukraina juga mulai menerima rudal anti kapal Harpoon dari Denmark dan howitzer self propelled dari Amerika Serikat, ungkap Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov pada Sabtu lalu. Masih menurut opini di New York Times, Biden mengatakan tidak ingin memicu perang antara Rusia dengan NATO, walaupun AS memperkuat sayap timur aliansi militer tersebut. "Meskipun saya tidak setuju dengan Tuan Putin, dan menganggap tindakannya sebagai kemarahan, Amerika Serikat tidak akan mencoba untuk membawa penggulingannya di Moskow," kata Biden dalam opini di New York Times.
"Selama Amerika Serikat atau sekutu kami tidak diserang, kami tidak akan terlibat langsung dalam konflik ini, baik dengan mengirim pasukan Amerika untuk berperang di Ukraina atau dengan menyerang pasukan Rusia," katanya. Biden menambahkan, bahwa AS tidak "mendorong atau memungkinkan Ukraina untuk menyerang di luar perbatasannya". Ia juga mengatakan "tidak ingin memperpanjang perang hanya untuk menimbulkan rasa sakit di Rusia."